K Karakteristik Balita Berpotensi Stunting (Study Deskriptif Berbasis Data Pk-21 Di Kec. Lokus Kab. Tapin) Characteristics Of Toddlers With Potential Stunting (Pk-21 Data-Driven Descriptive Study In Kec. Locus Kab. Tapin)
Article Sidebar
Main Article Content
Abstract
Latar Belakang:Stunting ialah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting dapat terjadi mulai janin dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun. Berdasarkan prevalensi balita stunting di dunia tahun 2020 sekitar 149,2 juta (22%) yang mengalami stunting
Tujuan:Mengidentifikasi karakteristik balita berpotensi stunting di Kec. Lokus Kab. Tapin
Metode:Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan menggunakan data sekunder. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah 25 Desa Lokus di Kabupaten Tapin
Hasil:Dari ke 25 Desa yang ada di Kabupaten Tapin, adapun tiga Desa tertinggi yang memiliki risiko potensi stunting yaitu Desa Batu Ampar sebanyak (100%), Desa Hangui sebanyak (100%), dan disusul Desa ketiga yaitu Desa Balawaian sebanyak (97,7%). Desa yang memiliki risiko potensi stunting terendah terdapat di Desa Rantau Kiwa sebanyak (67,7%). Perlunya meningkatkan program terkait menyediakan dan memastikan akses pada air bersih dan sanitasi berbasis masyarakat, memberikan pendidikan pengasuhan pada orang tua, menyediakan bantuan dan jaminan sosial pada keluarga yang berisiko potensi stunting.
Simpulan:Faktor yang mempengaruhi terjadinya stunting pada balita adalah pendidikan ibu yang rendah, keluarga yang tidak ada makanan beragam, keluarga dengan sumber air minum yang tidak layak, dan keluarga dengan jamban yang tidak layak. Faktor tersebut juga akan mempengaruhi terhadap pola asuh dan asupan nutrisi yang diberikan kepada anaknya. Kecukupan nutrisi pada anak juga dapat bergantung pada kemampuan keluarga untuk menyediakan bahan makanan.
Article Details
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
References
Fajrina, N. (2016). Hubungan Faktor Ibu Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Di Puskesmas Piyungan Kabupaten Bantul. Skripsi.
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta. http://digilib.unisayogya.ac.id/2051/1/NASKAH PUBLIKASI %28NURUL FAJRINA 201510104302%29.pdf
Irawatie, Fahrurazi, & Anggraeni, S. (2020). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stunting Pada Balita 12-59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Parenggean I Tahun 2020. EPrints UNISKA, 53(9), 1689–1699.
Mariana, R., Nuryani, D. D., & Angelina, C. (2021). Hubungan sanitasi dasar dengan kejadian stunting di wilayah kerja puskesmas Yosomulyo kecamatan Metro pusat kota Metro tahun 2021. JOURNAL OF Community Health Issues, 1(2), 1–18. http://e-jurnal.iphorr.com/index.php/chi/article/view/99
Munnawarroh, F., Murni, D., & Susmiati, S. (2022). Sosio Ekonomi Dan Skor Keragaman Makanan Terhadap Kejadian Stunting. Link, 18(1), 29–36. https://doi.org/10.31983/link.v18i1.8424
Pemerintah Kabupaten Belitung. (2021). Program Pengelolaan Stunting Kabupaten Bangka. Kabupaten Bangka Belitung News.
Prastia, T. N., & Listyandini, R. (2020). Keragaman Pangan Berhubungan Dengan Stunting Pada Anak Usia 6-24 Bulan. Hearty, 8(1), 33–41. https://doi.org/10.32832/hearty.v8i1.3631
Saadah, N. (2020). Modul Deteksi Dini Pencegahan Dan Penanganan Stunting. Scopindo Media Pustaka.
Sandjojo, E. (2017). Buku Saku Desa dalam Penanganan Stunting. Kementerian Desa Pembangunan Desa Tertinggal dan Transmigrasi.
Simanihuruk, H. L., Yetrie Ludang, Syamsul Arifin, Firlianty, Nawan, & Amelia, V. (2023). Hubungan Penggunaan Air Bersih Dan Kepemilikan Jamban Dengan Kejadian Stunting Di Kecamatan Murung Kabupaten Murung Raya. Jurnal Cakrawala Ilmiah, 2(6), 12–26.
Tim Nasional Percepatan dan Penanggulangan Kemiskinan. (2018). 100 Kabupaten/Kota Prioritas Untuk Intervensi Anak Kerdil (Stunting). Sekretariat Wakil Presiden RI.